Tilda Swinton, Androgini yang Menjadi Inspirasi Para Desainer

Sabtu, 24 Maret 2018 - 11:19 WIB
Tilda Swinton, Androgini yang Menjadi Inspirasi Para Desainer
Tilda Swinton, Androgini yang Menjadi Inspirasi Para Desainer
A A A
DALAM usia nyaris 60 tahun, aktris seribu wajah Tilda Swinton masih mampu menjadi inspirator bagi para desainer kelas atas dunia. Mulai dari Karl Lagerfeld, Viktor & Rolf, Haider Ackermann, Laurent Stefano Pilati, hingga Celine mendapat banyak "wahyu" dari tampilannya yang bebas gender.

Dengan kulit wajah yang pucat, bola mata hijau, tubuh jangkung (tinggi 178 cm, berat 57 kg), dan wajah androgini, rasanya tak ada yang seperti Tilda Swinton. Ditambah kemampuannya berakting, baik di depan kamera maupun di atas panggung, perempuan Inggris ini memang bagai mata air bagi para desainer serta filmmaker. Beragam karakter aneh dalam film, mulai dari penyihir dari dunia lain hingga menjadi seorang pria antagonis pernah diperankannya.

Beragam konsep foto unik juga sudah dijalaninya sejak terjun di dunia hiburan. Penampakan dan kemampuannya yang tak biasa pada akhirnya memang menggiring aktris bernama lengkap Katherine Matilda Swinton ini pada peran yang misterius dan tidak mudah ditebak.

Kemunculannya di film The Beach (2000) bersama aktor Leonardi DiCaprio menjadi salah satu pijakan besar dalam kariernya di dunia film. Meski hanya bermain sebagai peran pendukung, dia berhasil memikat penonton dengan perannya sebagai Sal yang misterius dan menyeramkan. Dari film ini, dia mulai dikenal dan namanya pun mulai diperhitungkan di jagat perfilman. Dikutip The Sun, Tilda memulai kariernya di teater bersama Perusahaan Royal Shakespeare di London dan sempat mencoba di rumah produksi yang kurang terkenal sampai akhirnya menemukan jalan ke film.

Aktris kelahiran 5 November 1960 ini pertama kalinya hadir dalam film eksperimental yang disutradarai Derek Jarman. Dimulai dengan Caravaggio (1986), lalu diikuti The Last of England (1988), War Requiem (1989), dan The Garden (1990). Lalu dimulailah deretan prestasi dari beragam film yang dimainkannya. Pada 1991 dia memenangi Piala Volpi untuk aktris terbaik di Festival Film Venesia untuk perannya sebagai Ratu Isabella dalam Edward II.

Dia kemudian membintangi Orlando (1992). Tilda juga dikenal sebagai aktris serbabisa karena berperan di berbagai genre film. Mulai dari film independen seperti Vanilla Sky (2001), Teknolust (2002), hingga Young Adam (2003). Di film Young Adam, dia memenangi BAFTA Scotland Award untuk aktris terbaik dan tiga kali menjadi nomine Golden Globe Award.

Dikutip Britannica, dia juga memanfaatkan penampilan dirinya yang terkesan androgini dalam film laga Constantine (2005). Dia juga dipuji karena perannya yang “dingin” saat menjadi Penyihir Putih (White Whitch) di The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe (2005) dan dua sekuelnya (2008 dan 2010). Perannya dalam genre drama juga membuat dia memenangi Academy Award dan BAFTA Award untuk best supporting actress sebagai Karen Crowder di film Michael Clayton (2007).

Dia juga memenangi Penghargaan Film Eropa untuk aktris terbaik dan menerima nomine BAFTA untuk aktris terbaik dalam film thriller psikologi We Need to Talk About Kevin (2011). Dia juga masuk nomine Golden Globe atas penampilannya di The Deep End (2001), Vanilla Sky (2001), Adaptation (2002), Constantine (2005), Thumbsucker (2005), Julia (2008), The Curious Case of Benjamin Button (2008), Burn After Reading (2008), dan I Am Love (2009). Penampilannya di Burn After Reading (2008), Trainwreck (2015), dan Hail, Caesar! (2016) mengungkapkan bakatnya di film komedi.

Dari deretan filmnya, Tilda termasuk aktris yang produktif karena hampir setiap tahun tampil dalam film. Sebut saja Moonrise Kingdom (2012), Only Lovers Left Alive (2013), Snowpiercer (2013), The Grand Budapest Hotel (2014), Trainwreck (2015), A Bigger Splash ( 2015), Hail, Caesar! (2016), Doctor Strange (2016), dan Okja (2017). Tilda juga mendapatkan penghargaan Richard Harris dari Penghargaan Film Independen Inggris sebagai pengakuan atas kontribusinya untuk industri film Inggris. Pada tahun 2013 dia diberi penghargaan khusus oleh Museum of Modern Art.

Nah yang menarik, dengan sederet prestasinya sebagai aktris dan inspirator bagi banyak seniman lintas bidang, Tilda memberikan pengakuan yang cukup mengejutkan dalam sebuah kelas "masterclass" di acara Qumra, Doha Film Institute di Qatar, beberapa waktu lalu. Dia mengatakan telah berusaha berhenti berakting selama dua puluh tahun ke belakang. Ini dilakukan agar dirinya bisa fokus pada cinta pertamanya, yakni menulis dan proyek lainnya.

"Saya tidak memiliki hasrat untuk berada di depan layar. Setiap kali saya terlibat dalam sebuah film, saya berpikir bahwa itu akan menjadi yang terakhir," katanya, dikutip Screen Daily.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5534 seconds (0.1#10.140)